The Map is Not The Territory
Untuk itu kita lebih cendrung merespon peta realita kita sendiri ketimbang merespon terhadap realita itu sendiri. Kita semua memiliki pandangan terhadap dunia kita sendiri, yang berdasarkan peta neurolinguistik yang telah kita bentuk. Peta neurolinguistik ini yang akan menentukan bagaimana kita menginterpretasikan, memberikan makna atau arti terhadap perilaku dan pengalaman kita dan bagaimana kita bereaksi terhadap dunia di sekitar kita. Untuk itulah tidak ada satupun peta individu yang lebih benar daripada yang lain. Setiap orang memiliki petanya masing-masing terhadap model dunia ini. Oleh sebab itu, pada umumnya bukan realita dari eksternal yang membatasi, menghambat atau membuat kita tidak berdaya, tapi lebih cendrung dikarenakan peta realita kita sendiri. Sehingga akan membentuk sebuah keyakinan yang membatasi, yang membuat kita tidak memiliki kekuatan untuk mencapai apa yang diinginkan. Keyakinan yang membatasi ini bisa berdasarkan pengalaman kita sendiri maupun orang lain, yang menghambat seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan.
Contohnya ketika saya mengajar anak-anak yang ikut program Holiday Camp, kebanyakan anak-anak yang memiliki nilai mata pelajaran yang jelek karena menganggap mata pelajaran tersebut susah, dan ini merupakan keyakinan yang membatasi mereka. Anggapan mata pelajaran tersebut susah berdasarkan peta realita mereka lewat pengalaman mereka sendiri. Mungkin mereka pernah mengalami tidak bisa mengerjakan soal ulangan mata pelajaran tersebut dan mendapatkan nilai yang jelek, lewat satu pengalaman tersebut telah membentuk keyakinan mereka terhadap mata pelajaran tersebut, padahal bisa jadi kebetulan pada saat ulangan tersebut mereka pas tidak belajar. Pernah satu ketika saya coaching seorang anak remaja yang bingung memilih universitas yang mana, ada dua universitas yang menjadi target dia, tapi teman-temannya mengatakan bahwa kedua universitas tersebut susah untuk masuk, kriterianya sangat tinggi, pelajarannya susah dll. Dia ingin dicoaching supaya mantap memilih jurusannya dan dia memiliki keyakinan yang membatasi karena takut tidak diterima di universitas tersebut yang sudah dia simpulkan dari kata temannya bahwa sangat susah untuk diterima di universitas tersebut.
Pengalaman orang lain digeneralisasikan bahwa untuk diterima di univesitas tersebut tidak mudah dan sulit, peta realita dari orang lain dijadikan referensi buat dia yang akhirnya membentuk limiting beliefnya.
Hal-hal seperti ini sering terjadi di lingkungan kita, apakah dalam hal parenting, keluarga, bisnis, pekerjaan, kesehatan dll.
Kita tidak bisa mengontrol realita eksternal yang terjadi pada kita, tapi kita bisa mengubah peta realita internal kita dengan memberi makna dan arti yang berbeda terhadap kejadian, kondisi realita eksternal tersebut.
Semakin besar peta kita maka semakin banyak pilihan yang kita miliki. Untuk itu kita perlu memperkaya peta kita dengan belajar, menambah pengetahuan dengan baca buku dan ikut training.
Semoga Bermanfaat.!!!